MEMBONSAI GERAKAN; REKONSTRUKSI MA”SS”IFITAS PERAN DAN FUNGSI MAHASISWA
Mahasiswa bukanlah sebuah kelas sebagaimana disampaikan oleh ”karl marx” yang selalu membagi dua kelas dalam masyarakat sosial (borjuis dan proletar). Mahasiswa adalah sector yang didalam tergabung anak_anak darii masyarakat 2 sektor tersebut. Meskipun kedudukan mahasiswa mengambang dalam kelas masyarakat, namun mahasiswa mempunyai peran penting sebagai elemen pengontrol kebijakan dan melakukan perubahan. Peran dan fungsi mahasiswa sangat menetukan bagi perubahan Negara. Dengan berbagai jurus gerakan yang dimilikinya, mereka mampu mnciptakan sebuah perubahan.
Ø Ulasan Singkat Gerakan Mahasiswa Pra Sampai Pasca Kemerdekaan (Orde Lama)
Salah satu sejarah yang pernah ditorehkan oleh bangsa ini adalah peristiwa sumpah pemuda pada tahun 1928, yang melahirkan tekad bulat bangsa untuk merdeka, ini merupakan buah dari campur tangan gerakan masiswa pada masa itu. Selain itu, gerakan perlawanan pra kemerdekaan tidak terlepas dari peran mahasiswa yang menjadi promotor dalam mengusir penjajah. Sehingga tidak heran apabila generasi mahasiswa selanjutnya bercermin terhadap gerakan massif yang pernah dituangkan, dan ini adalah sumbangsih besar bagi Bung Karno dan Bung Hatta melalui perjuanganya merebut kemerdekaan. Soekarno merupakan founding father yang menjadi promotor pra kemerdekaan hingga menjadi pelopor dalam memperjuangkan keutuhan NKRI.
Élan vitas Gerekan mahasiswa dalam menciptakan sebuah perubahan tidak berhenti sampai dikemerdeka’an. Regenerasi yang ada, menuntut tetap terjaganya semangat mahasiswa sebagai agent of control dari sebuah kebijakan negara dan konstelasi politik negara. Karena keadaan perpolitikan pada masa itu memaksa gerakan mahasiswa bergerak secara independen. Intervensi partai politik mengakibatkan agent of change bak singa tak bertaring, mereka dijadikan robot yang hanya mampu bergerak monoton kebelakang dan kedepan. Keada’an yang demikian berjalan cukup lama. Hingga akhirnya terjadi gesekan segitiga pada waktu itu, yakni perseteruan Soekarno,TNI, dan PKI yang dipicu oleh perdebatan system pemerintahan indonesia. Sehingga berbuntut kesengsara’an pada rakyat, bahkan Indonesia pada sa’at itu mengalami inflasi sampai 600%. Keada’an yang demikian memicu agent of change memberanikan diri untuk keluar dari interpensi partai politik. Dengan visi menciptakan keadilan social dan solidaritas masyarakat, ormas pemuda beserta mahasiswa yang tergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) menggelar aksi besar yang berbuntut penurunan Soekarno dan pembubaran PKI.
Ø Ulasan Singkat Gerakan Mahasiswa Pada Masa Orde Baru Sampai Habibie
Jatuhnya kekuasa’an dari kasta Soekarno ke kasta Soeharto belum bisa mengatasi keterpurukan bangsa ini. Pemerintah tidak bisa membawa Indonesia kearah yang lebih baik, tapi malah sebaliknya. Sifat kepemimpinan kolonialisme cenderung dictator dan otoriter membawa dampak keterbelakangan masyarakat, stagnasi pemikiran dan lain sebagainya. Gaya kepemimpinan tidak bisa di ganggu gugat bahkan menindak siapapun yang menetang pemerintahannya. Tapi ini tidak membuat agent of social control untuk menyerah untuk mengaspirasikan suara rakyat. Protes-protes terhadap pemerintahan soeharto kerap kali dilakukan, baik berupa aksi maupun tulisan oleh LPM meski berbuntut penahanan. Terbukti aksi besar yang terjadi tahun 1974 tidak menghasilkan apa-apa kecuali penahanan terhadap mahasiswa antara 1-2 tahun. Aksi besar seperti ini juga dilakukan pada tahun 1978 dan 1989. Selama itu demokrasi dikebiri, hak asasi manusia disederhanakan dan dijadikan alasan penindasan. Hingga mahasiswa dibodohi dengan diberlakukannya NKK dan BKK.
Tahun 1998 merupakan tahun yang suram bagi pemerintahan orde baru. Karena pada waktu itu terjadi aksi besar yang tergabung didalamnya mahasiswa formal dan non formal dengan visi kebebasan dalam berdemokrasi yang menghasilkan penurunan Soeharto yang digantikan Habibi. Pergantian Soeharto ke Habibi tidak berjalan mulus, para promotor propokator kembali dipaksa turun jalan. Karena pergantian yang ada di anggab tidak lebih dari pergantian rezim yang sama. Tidak ada perubahan kecauli peralihan dari sang guru terhadap muridnya yang paling royal. Apalagi jelas, pergantian kepala Negara hanyalah sebagai prasyarat berlangsungnya reformasi yang menjadi tututan masyarakat.
Ø Ulasan Singkat Gerakan Mahasiswa Pada Masa Reformasi
Pada masa pemerintahan KH. Abdurrahman Wahid(Gus Dur) tidak ada gerakan mahasiswa yang menonjol. Karena Gus Dur mengangkat aktivis 1998 duduk di senayan, dari sini hampir tidak ada regenerasi gerakan mahasiswa. Gus Dur lebih meningkatkan intelektual mahasiswa untuk membangun bangsa Indonesia. Sedangkan pada masa Megawati berbeda jauh dengan pemerintahan ayahnya. Megawati tidak begitu memperhatikan aspirasi rakyat meskipun kebijakannya sering menuai protes baik melalui media masa, maupun aksi. Namun nihil hasilnya, salah satu faktornya adalah gerakan mahasiswa yang kurang tajam, karena pada masa ini masih tahap penanaman nilai patriotism terhadap gerakan mahasiswa yang sebelumnya mengalami keterpotongan generasi.
Bergulirnya reformasi belum bisa mengatasi persoalan bangsa. Karena kebijakan yang di ambil oleh pemerintah tidak sesuai dengan tujuan demokrasi yang sebenarnya. Yang mana tujuan reformasi yang sebenarnya adalah merubah tatanan masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur. Tahun 2006 mahasiswa mengkritik kebijakan pemerintah yang semena-mena menaikkan Bahan Bakar Minyak(BBM) yang melambung tinggi. Perintahan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) di anggab belum bisa mensejahterakan rakyat, terbukti warga miskin mencapai 13,33% jumlah penduduk Indonesia. Sehingga kembali menuai aksi dipemerintahanya jilid II,tepatnya di 100 hari pemerintahan jilid II.
Ø Rekonstruksi Masifitas Peran Dan Fungsi Mahasiswa
Gegap gembita gerakan mahasiswa dari tahun ke tahun yang telah dipaparkan di atas, diharapkan menjadi cermin bagi mahasiswa sa’at ini untuk merajuk eksistensi mahasiswa. Setidaknya setelah bercermin mahasiswa mampu bergerak massif sesuai peran dan fungsi mahasiswa. Secara hakiki, gerakan mahasiswa adalah gerakan intelektual jauh dari kekerasan dan radikalisme. Mengingat gerakan ini bersumber dari komunitas akademis kampus yang cenderung mengedepankan rasionalitas dalam menyikapi berbagai permasalahan.
Gerakan mahasiswa pada sa’at ini merupakan proses pengembalian dan reboisasi nilai-nilai gerakan yang sebelumnya tepotong di era Gus Dur. Berdasarkan realita, gerakan yang ada lebih berangkat dari kepentingan individu. Sifat pragmatis yang menyelimuti wadah gerakan masih sulit dilepas, karena sifat pemanja’an mahasiswalah yang menjadi factor melempemnya gerakan mahasiswa. Hingga sikap anarkisme selalu ditorehkan mana kala mahasiswa melakukan aksi. Hal yang demikianlah yang merusak citra gerakan, kurangnya pengalaman atau pemahaman metode aksi juga berpengaruh dalam hal ini. Maka kemudian Sharp menawarkan 3 metode aksi berdasarkan derajat intensitasnya. Pertama, Protes, Demokrasi, dan Persuasi, metode ini merupakan bentuk penyampaiantuntutan dengan jalan komunikasi public agar penguasa menanggapinya. Komunikasi yang dimaksud tidak sebatas verbal, tetapi juga simbolik dan interaktif. Misalnya duduk dijalan, loby, poster, dan lain-lain. Kedua, nonkoperasi ekonomi, social, dan politik. Aksi nirkekerasan dengan cara tidak mau bekerja sama dengan rezim atau memutus hubungan dengan rezim sehingga kepentingan rezim terganggu. Misalnya boikot, mogok, embargo dan lain-lain. Ketiga, interval tanpa kekerasan. Dipakai ketika 2 metode di atas tidak bisa berjalan, sebagai cara terakhir karena memiliki resiko tinggi. Metode ini menekan secara psikologis, membuat alternative membuat organisasi masa, dan lail-lain. Dengan tawaran tersebut gerakan mahasiswa diharapkan melihat kembali moral gerakan dan keadilan sosialserta mampu membangun jaringan yang kuat, sehingga mampu menjadi oposisi permanen pemerintah.
Gerakan mahasiswa yang pada dasarnya berangkat dari individu yang terpelajar harus di imbangi dengan gerakan intelektual, agar apa yang ingin di raih tidak terkesan asal-asalan. Dalam suatu perspektif, geralakan intelektual (intellectual movement)akan terbangun di atas trias tradition mahasiswa(tiga tradisi). Pertama,tradisi diskusi (discussion tradition), gerakan mahasiswa harus memperbanyak ruang diskusi pra-pasca pergerakan. Diskusi akan membawa gerakan mahasiswa menjadi gerakan rasional dan terpercaya cirri khas gerakan. Lantaran itu, elemen masyarakat secara umum akan menghargai isu-isu yang di usung oleh gerakan mahasiswa. Seperti dalam menurunkan demonstrasi, elemen mahasiswa harus mengkaji lebih detail apa, mengapa, akibat, latar belakang kebijakan yang ditentang.
Kedua, tradisi menulis (writing tradition), aktivitas menulis merupakan salah satu gerbang menuju tradisi intelektual bagi gerakan mahasiswa. Karena, mewacanakan isu-isu melalui media cetak dapat dibaca oleh kalangan luas dalam artian lebih efektif untuk menyebarkan gagasan atau wacana keseluruh kelompok persada nusantara, bahkan sampai ke manca Negara. Hal ini bersinergi dengan gerakan mahasiswa Indonesia, meminjam istilah Michel Fremerey (1976) “derakan korektif”, selain diorasikan melalui mimbar bebas dalam aksi demonstrasi juga dapat diwujudkan bagi tokoh-tokoh pergerakan mahasiswa dalam bentuk tulisan di media massa.
Sebagaimana dikemukakan oleh Satrio Mundar bahwa dukungan mahasiswa di Indonesia tidak pbisa lepas dari dukungan penuh media massa untuk mencapai hasil maksimum dalam perjuangan. Sebagai missal, momentum penurunan rezim orde lama, gerakan mahasiswa didukung Koran mahasiswa popular “mahasiswa Indonesia” atau ketika gerakan mahasiswa menurunkan rezim orde baru didukung oleh beletin bergerak (media aksi mahasiswa UI).
Ketiga, tradisi membaca (reading tradition), aktualisasi isu-isu sangat penting bagi gerakan mahasiswa dalam bergerak. Begitu cepat pergeseran berita dan opini publik, memaksa kita senantiasa membaca kalau tidak ingin tertinggal. Sehingga kita mampu meng-up date isu-isu baru untuk dimunculkan.
Wallahu a’lam fi showaf
1 komentar:
tulisannya terlalu kecil bat, fontnya bisa diperbesar
Posting Komentar